Coba, apa yang kalian pikirkan kalau gue tanya; bianglala itu apa sih?
Tolong simpan jawabannya dulu, bila perlu masukin dompet biar aman, trus baca dulu tulisan berikut ni..
Begini, akhir-akhir ini gue lagi baca-baca e-book novelnya Ahmad Tohari. (lha koq e-book? Maap, lagi ga ada budget buat beli buku, udah abiz buat blanja komik Gash Bell Obrall men, 3500/buku)
Gratis itu paling sempurna lho, banyak manusia yang mengakuinya, ya tho..?
Balik, balik ke topik…
Buku itu Trilogy Ronggeng Dukuh Paruk yang rincian judulnya; Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus dan terakhir Jentera Bianglala.
Judul buku satu ma dua gue tau artinya, tapi yang ketiga gue langsung kepikiran… Bianglala kan wahana yang biasanya ada dipasar malem. Sory-sory, gue tah anak kampung, belum tau Dufan Ancol dsb.
Tapi setting cerita itu kan tahun 65-an, apakah mungkin?
Gue coba search di google, nyolong-nyolong dikantor.
Ternyata eh ternyata, bianglala itu pelangi…. Wahhh…
Kata itu masuk di Kamus Besar Bahasa Indonesia lho…, waduh kemana aja gue sampe enggak tau…
Tapi kawan, setelah gue tanya-tanya; Eh bianglala apaan sih?
Jawaban: 1. Wahana Dufan kali… Kemana aja luh… (ni sama ama gue, pasti enggak
punya kamus besar bahasa Indonesia dah)
2. Bukannya itu nama Bus? (lah, ini ketauan kemana-mana ngeteng, kaya gue juga sih.. wakkakkak…)
Lalu kawan, apa jawaban kalian? Benar? Atau salah?
Apapun, tapi dari kejadian ini gue belajar bahwa bahasa kita sungguh perlahan-lahan tergeser. Gimana ini, bahasa kan identitas diri kita… Yah marilah kita belajar untuk mengkaji lebih banyak kosakata bahasa kita.
Hargai dulu bahasa kita baru bahasa orang lain!!! MERDEKA!!!
(Sebenarnya ini motto buat penghiburan gue yang enggak bisa Bahasa Orang Lain, he he…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar